Selasa, 01 Februari 2011

Inovasi Menjadikan ITB sebagai Entrepreneurial University Berbasis Akademis dan Profesioanalisme

Inovasi Menjadikan ITB sebagai Entrepreneurial University Berbasis Akademis dan Profesioanalisme

A. Fenomena yang Terjadi di Indonesia

Indonesia merupakan negara berkembang dengan ekonomi masyarakat yang bisa dikatakan belum stabil. Berdasarkan data BPS (Biro Pusat Statistik), tercatat angka kemiskinan Indonesia sebesar 15,4 persen, artinya 10.3 juta jiwa dari jumlah penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Tahun 2008 lebih dari 10 juta orang tidak memiliki pekerjaan.
Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima karyawan baru sementara tingkat persaingan semakin tinggi. Tidak ada jaminan seorang sarjana mudah memperoleh pekerjaan.

B. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi suatu negara pada dasarnya tidak terlepas dari jumlah penduduk yang berjiwa wirausaha (entrepreneur). Kurangnya jumlah masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha di Indonesia, antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan, etos kerja yang kurang menghargai kerja keras, cepat puas dengan hasil kerja dan pengaruh penjajahan yang terlalu lama serta kondisi ekonomi yang belum membaik.
Dewasa ini masih banyak lulusan perguruan tinggi yang masih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada sebagai pencipta lapangan kerja (job creator). Keadaan ini antara lain timbul sebagai akibat sistem pembelajaran yang diterapkan perguruan tinggi lebih menitikberatkan pada bagaimana menyiapkan mahasiswa cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan dan bukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri.
Keadaan ini antara lain timbul sebagai akibat sistem pembelajaran yang diterapkan perguruan tinggi yang lebih menitik beratkan pada bagaimana menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang professional dalam bidang yang digelutinya. Padahal dalam kenyataan dewasa ini persaingan berat dan jumlah lowongan kerja semakin kecil, sehingga menyebabkan jumlah penggangguran yang tinggi dari golongan masyarakat berpendidikan tinggi (sarjana).
Seorang mahasiswa dituntut untuk bisa kreatif dalam menyongsong perkembangan global saat ini. Dengan berbagai fasilitas, kesempatan, dan peluang yang ada seharusnya bisa digunakan untuk menciptakan suatu solusi sehingga dapat mengatasi masalah ekonominya, salah satunya adalah dengan berwirausaha atau menjadi enterpreneur. Menjadi seorang enterpreneur sudah bukan lagi sebuah pilihan tapi merupakan sebuah tuntutan karena mahasiswa merupakan golongan kecil dari masyarakat Indonesia, mereka yang hanya berjumlah tidak sampai 4% dari keseluruhan rakyat Indonesia memiliki sebuah tugas untuk menanggung dan memajukan perekonomian bangsa ini. Apa jadinya bila golongan yang hanya berjumlah 4% saat keluar dari kampus-kampusnya memiliki mental hanya ingin menjadi pekerja di perusahaan-perusahaan yang sudah ada, bagaimana nasib rakyat Indonesia yang lain yang sampi saat ini masih membutuhkan banyaknya lapangan pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang ditentukan oleh pendidikan formal hanya sebesar 15 % dan selebihnya (85 %) ditentukan oleh sikap mental atau kepribadian. Oleh karena itu, seorang mahasiswa harus harus mampu belajar merubah sikap mental yang kurang baik dan perlu dimulai dengan kesadaran dan kemauan untuk mempelajari ilmu kewirausahaan, kemudian menghayati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga jiwa wirausaha(entrepreneur) di dalam diri mahasiwa dapat berkembang.
ITB sebagai suatu institut ternama di Indonesia, mahasiswanya ataupun lulusannya tidak terlepas dari masalah ini. Oleh karena itu, sering terdapat program wirausaha mahasiwa baik berupa beasiswa wirausaha maupun program lain seperti lomba untuk modal wirausaha seperti PMW dan PKMK.
Namun, program-program seperti ini di ITB belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Karena, masih ada peserta dari program-program ini yang sebenarnya hanya bertujuan untuk mengikuti lomba, tanpa adanya follow-up untuk menjalankan usaha dengan semestinya.
Hal ini bukan hanya berasal dari diri mahasiswa tetapi juga dari pemberi modal atau penyelenggara kegiatan. Oleh karena itu, kadang-kadang lomba wirausaha yang sebenarnya bertujuan untuk member modal dan bimbingan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Walaupun, memang ada yang menjalankan usaha dari modal yang mereka terima, namun usaha yang digeluti tersebut dari 10 (atau bahkan 100) perusahaan yang berdiri hanya 1 yang dapat bertahan setelah 5 tahun (CMIIW). Apalagi menghadapi krisis ekonomi semacam ini.


C. Identifikasi Masalah

Dalam mengembangkan jiwa wirausaha di dalam diri mahasiwa terdapat berbagai masalah yang menyebabkan semangat wirausaha itu cepat luntur, masalah-masalah ini datang dari berbagai aspek antara lain:
1. Aspek SDM
Saat sekarang ini, aspek finansial bukan masalh yang utama dalam memulai suatu usaha. Hal ini, bukan berarti tidak penting, akan tetapi bukan masalah yang utama saat ini. Karena, masalah utama sekarang ini mencari sumber daya manusia yang kompeten, sehingga modal yang diinventarisasi berjalan sebagaimana mestinya.
2. Tingginya resiko dan banyaknya kegagalan
Memulai suatu usaha memang memilkii resiko, tetapi semakin tinggi resiko biasanya hasil yang didapat juga semakin tinggi. Namun, karena banyakya kegagalan banyak orang yang tidak mau mengambil jalan ini dan cendrung memilih jalan aman (menjadi pegawai). Hal ini, tentunya menyebabkan kesenjangan. Karena sebagai seorang berpendidikan tinggi(mahasiswa) yang jumlahnya di Indonesia hanya 4% tidak mau melakukan hal ini, maka ekonomi negara ini akan semakin terpuruk.
3. Entrepreneurship dan Kampus
Saat ini entrepreneurship memang belum diajarkan di kelas, tetapi sebenarnya hal ini bisa dilakukan dalam bentuk contoh nyata. Contoh nyata ini dapat berupa contoh dari dosen bagaimana cara melaksanakan suatu usaha. Namun, saat ini di ITB ini bahkan dosenpun masih banyak yang hanya berteori tanpa mencoba.
4. Sikap penyelenggara dan pemberi modal
Modal wirausaha yang semakin banyak dikalangan mahasiswa sekarang ini berasal dari berbagai program. Namun, program-program ini pun biasanya kurang berjalan sebagaimana semestinya, seperti tidak adanya follow-up.
5. Usaha yang tidak berdasarkan Profesionalisme
Banyak mahasiswa ITB yang berwirausaha pada saat ini pada saat masih menjadi mahasiswa. Namun usaha ini jauh dari bidang dan pendidikana yang diterima mahasiwa tersebut. Hal ini menyebabkan bidang usaha yang digeluti ini tidak bertahan lama dan biasanya setelah mereka lulus kebanyakan mahasiwa cendrung meninggalkan usaha mereka ini dan memilih menjadi seorang karyawan dengan mindset penghasilan seorang karyawan lulusan ITB yang bekerja di perusahaan besar jauh lebih besar dari usaha yang telah dirintis

D. Gagasan Kreatif

Untuk mengatasi masalah-masalah dalam mewujudkan ITB sebagai entrepreneurial university berbasis akademis dan profesioanalisme, maka saya mengajukan beberapa gagasan dan inovasi yang bisa diambil.

1. Meningkatkan kecakapan dan keterampilan para mahasiswa, khususnya sense of business sehingga diharapkan akan menciptakan wirausahawirausaha baru/muda potensial dengan standarisasi unit kegiatan mahasiswa
Kecakapan dan keterampilan mahasiswa dapat ditingkatkan dari berbagai unit kegiatan mahasiswa yang sudah ada di ITB khususnya unit ekonomi. Namun, keterampilan ini dari beberapa unit hanya banyak terealisasi dalam bentuk teori, sehingga mahasiwa ITB pada umumnya lebih bersifat theory maker tanpa realisasi atau praktik.
Oleh karena itu, saya mengusulkan adanya suatu standar dalam suatu unit di ITB, sehingga unit-unit tersebut tidak hanya untuk kesenangan semata, tetapi juga untuk tempat belajar dan mengasah diri untuk mendapatkan keterampilan guna menciptakan wirausahawan yang penuh tanggungjawab. Selain itu, dengan adanya standar ini, setiap anggota dari unit kegiatan ini paling tidak akan memiliki skil khusus sesuai dengan unit yang ditekuninya. Sehingga anggota-anggota yang bersifat pasif dapat ditiadakan.
Rasa tanggungjawab yang ditanamkan ini secara tidak langsung akan memberikan dampak pada personaliti mahasiswa ini, sehingga mahasiswa-mahasiswa ini nantinya akan memiliki rasa bangga, dan jauh dari kata menyerah serta menghargai hasil usaha yang mereka lakukan.
2. Membangun jejaring bisnis antara pelaku bisnis wirausaha pemula dengan para pengusaha yang sudah mapan
Kampus, program studi ataupun unit memiliki alumni-alumni yang bergerak di berbagai bisnis di dunia ekonomi ini. Diharapkan dengan adanya bantuan link dari badan-badan ini kererikatan antar pemberi modal dan penerima dapat ditinggkatkan. Selain itu, dengan tingginya jumlah investor maka bidang usaha yang berbasis profesi pun dapat diwujudkan, walaupun seringkali membutuhkan modal yang tidak sedikit.
3. Mewajibkan matakuliah wirausaha kepada setiap program studi
ITB dalam upaya meningkatkan jumlah peminat dari mahasiwa dalam entrepreneurship telah membuat suatu mata kuliah umum berupa wirausaha, namun, mata kuliah ini tidak wajib bagi setiap program studi, sehingga keefektifan program ini belum terpenuhi. Karena masih banyaknya pendapat dan pertentangan antarprogram studi yang masih mengedepankan akademis kelas.
4. Memberikan pelatihan berkala dan berlanjut
Pelatihan wirausaha memang sudah sering dilakukan di kampus ini. Namun, pelatihan ini sifatnya masih sangat terbatas pada waktu-waktu tertentu( acara/ event tertentu). Sehingga keefektifan dari pelatihan ini tidak menjangkau target yang diinginkan.
5. Memberikan matakuliah atau nilai ekonomi dalam kuliah program studi
Memberikan matakuliah yang langsung berkaitan dengan nilai ekonomi dari kuliah tersebut akan merangsang semangat mahasiswa untuk memulai bidang usaha berbasis profesi dan akademis yang diterimanaya. Sehingga nantinya setleah kelulusan diharapkan mahasiswa-mahasiwa ini masih menjalankan usaha ini dibandingkan memilih untuk mencari pekerjaan.
6. Memberikan follow up terhadap lomba dan beasiswa wirausaha
Di dalam teori pada beasiswa-beasiswa modal wirausaha, terdapat 10% nilai dari kegiatan yang bertujuan untuk memberikakn bimbingan dan pelatihan kepada mahasiswa yang akan memulai unit usaha. Namun, beberapa instansi saat ini masih ada yang tidak melakukan hal ini dan hanya menyarankan kepada mahasiwa tersebut untuk ikut pelatiahan dari instansi lain.
7. Memberikan kontrak kerja
Mahasiwa yang menerima modal wirausaha harus menandatangangi kontrak kerja, dengan demikian rasa tanggungjawab akan timbul dan mundur tidak aka terjadi

E. Gagasan Inovasi

1. Target
Target dalam melaksanakan inovasi ini tidak hanya untuk mahasiswa yang beruntung mendapatkan modal wirausaha, tetapi juga untuk mahasiswa-mahasiwa lain, karena investasi wirausaha tidak hanya berasal dari pemberi kegiatan formal pemberian modal wirausaha.
Jadi target yang ingin dicapai dengan diterapkannya inovasi ini, antara lain:
a. Soft skill mahasiswa dengan terlibat langsung pada dunia kerja dapat ditingkatkan.
b. Terasahnya jiwa kewirausahaan
c. Jiwa bisnis tumbuh selain jiwa intelektual pada mahasiswa sehingga memiliki keberanian untuk memulai usaha
d. Terbebtuknya mahasiwa yang terdidik dan memiliki kompetensi yang memadai.
e. Terbentuknya mahasiswa-mahasiwa yang bisa dan dapat dipercaya sebagai mitra bisnis perusahaan.
f. Tranfer of knowledwe mengenai bidang usaha dapat dijalankan.
g. Terjalinya hubungan yang erat antara unit usaha kecil dan menengah dengan kampus dan perusahaan besar.
h. Memiliki perencanaan SDM yang lebih matang di bidang IPTEKS dan membuka peluang kerjasama pengembangan usaha
i. Mengisi kekurangan tenaga kerja pada masa puncak kegiatan produksi
j. hubungan antara dunia akademis dan dunia usaha lebih
k. Menghasilkan wirausaha-wirausaha muda pencipta lapangan kerja dan calon pengusaha muda sukses di masa depan yang memiliki latar belakang dan pengetahuan di bidang IPTEKS.
l. Tamatan perguruan tinggi akan memilih untuk menciptakan lapangan kerja dibandingkan mencari kerja.

2. Rancangan Inovasi
Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.
Namun,gagasan-gagasan yang baikpun, jika tidak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi. Gagasan-gagasan yang jenius umumnya membutuhkan daya inovasi yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan. Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku di pasar. Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam menambahkan nilai guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang laku dipasaran.
Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara nyata tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
a.Melakukan proses/ teknik baru (the new technik)
b.Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service),
c.Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added),
d.Merintis usaha baru (new businesess), yang mengacu pada pasar
e.Mengembangkan organisasi baru (the new organisation)
























Daftar Pustaka


Departemen Pendidikan Nasional Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009, Panduan Kegiatan Program Mahasiswa Wirausaha (Entrepreneur Student Program) Bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Di Kopertis Wilayah V Tahun 2009
http://ipan.web.id/strategi-bisnis-memahami-inovasi-dalam-persaingan-usahaperusahaan/
http://pengusahaonline.blogspot.com/2007/07/inovasi-kewirausahaan-kecerdasan-emosi.html
http://publicahealth.wordpress.com/2010/04/23/budaya-entrepreneurship-mahasiswa/
http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/toswari/2009/08/12/mahasiswa-pengusaha-entrepreneur-student/
http://www.anakui.com/2009/05/20/saatnya-mahasiswa-memiliki-jiwa-enterpreneurship/
http://romisatriawahono.net/2008/03/18/10-kiat-menjadi-entrepreneur-untuk-mahasiswa-lugu/
http://www.cert.or.id/~budi/start-up/articles/entrepreneur.html
http://willmen46.wordpress.com/2007/09/13/hubungan-kreatifitas-inovasi-dengan-kewirausahaan/
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/buku/wirausaha&inovasi_avin.pdf