Kamis, 06 November 2008

teori perkembangan benua

Geosinklin
Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes.
Konsep tersebut menyatakan bahwa geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam skala ribuan meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan sedimen dan volkanik.Sedangkan geosinklin adalah suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.
Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai akibat dari menyempitnya cekungan, sehingga batuan di dalamnya terlipat dan tersesarkan. Pergerakan ini terjadi akibat adanya gaya penyeimbang atau isostasi.
Kelemahan dari teori yakni tidak bisanya menjelaskan asal-usul vulkanik. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertical. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

Continental driff
Teori Continental Drift menyatakan bahawa permukaan Bumi terletak di atas kerak bumi yang tipis. Kerak bumi ini senantiasa bergerak disebabkan pergerakan magma dibawah kerak bumi. Segmen kerak bumi ini dikenali sebagai plat tektonik.
Hipotesa utama dari continental drff (pengapungan benua) bahwa adanya satu “super continent” yang dinamakan pangea dan dikelilingi panthlasa lalu sekitar 200 juta tahun yang lalu super kontinen ini pecah menjadi benua yang lebih kecilyang kemudian bergerak ke tempatnya.

Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan bahwa pada mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga Laurasia, dan pangea selatan yang disebut jugaGondwanaland. Kedua benua ini dipisahkan samudra Tethys.



Ahli- ahli yang mendukung
1. Antonio Snider-Pelligrini, ahli paleontologi Prancis
“Creation and Its Mysteries Revealed” (1858)
- Menunjukkan bentuk Afrika dan Amerika Selatan yang sesuai bila digabungkan
- Mencatat adanya bukti fosil di Amerika Utara dan Eropa.

2. Frank B. Taylor (1908), ahli geologi Amerika
- Mengemukakan beberapa fakta yang dapat dijelaskan dengan apungan benua.

3. Alfred Wegener, ahli meterologi Jerman
“The Origin of the Continent and Ocean” (1915)
- Menunjukkan bukti geologi; kemiripan fosil yang dijumpai di Brazil dan Afrika. Membuat seri peta dengan tiga tahap pemisahan dari benua asal “Pangea”.


- Menganggap benua mempunyai komposisi granitik yang ringan, mengapung di atas lantai samudra yang berkomposisi lebih padat, bergerak akibat rotasi bumi.

Beberapa ahli geologi dan geofisika menolak dan beberapa penelitian mendukung teori ini, diantaranya :

1. Alexander L. du Toit, Afrika Selatan
“Our Wandering Continents” (1973)
- Membandingkan bentuk bentang alam dan fosil di Afrika dan amerika Selatan dalam buku

2. Arthur Holmes, Inggris
Menerbitkan “Principles of Physical Geology (1944).
- Arus konveksi di dalam mantel bumi dan benua dianggap sebagai bongkah-bongkah pasif yang menumpang di atas arus konveksi tersebut dan bergerak secara bebas.
- Punggung tengah samudera (Mid Oceanic Ridge) merupakan tempat naiknya arus konveksi dari mantel ke permukaan. Palung samudera (trench) merupakan arus konveksi masuk ke dalam mantel.


BEBERAPA BUKTI APUNGAN BENUA

* Bukti Paleontologi
1. Bukti kemiripan fosil yang ditemukan pada kontinen pada kedua sisi Atlantik sulit dijelaskan kecuali kedua itu bersatu.
2. Fauna Glossopteris, ditemukan pada batuan yang berumur sama di Amerika Selatan, afrika Selatan, Australia dan India.
3. Distribusi reptil Paleozoik dan Mesozoik, Lystrosaurus yang terdapat di afrika Selatan, Amerika Selatan dan Asia.

* Bukti-bukti Struktur dan Jenis batuan :
Beberapa gambaran struktur berakhir pada batas kontinen dan muncul kembali pada kontinen diseberang Atlantik ;
1. Cape of Good Hope, Afrika., sejenis dengan struktur dekat Buenos Aires, Argentina.
2. Pegunungan Apalachian identik dengan pantai Ireland dan Brittany.

* Bukti dari Glasiasi
* Bukti dari paleoklimatologi

Sea floor spreading

Teori ini dikembangkan oleh H. H. Hess (1961), Princeton University. Teori ini menjelaskan tentang mekanisme apungan benua
Prosesnya:
1. Lantai samudera memisah, oleh arus konveksi pada mentel, bergerak saling menjauh dari punggungan samudera.
2. Magma keluar melalui rekahan yang terbentuk pada “rift valley”, kerak samudera yang baru terbentuk.

Paleomagnetisme
1. Batuan (mengandung bahan yang dapat) dipengaruhi oleh medan magnet bumi, butiran mineral akan menjadi magnet fosil, terhadap medan magnet pada saat dia terbentuk.
2. Studi dari batuan yang berbeda umurnya pada suatu wilayah perubahan kutub utara magnet secara sistematis sejalan dengan waktu.

Pola pembalikan magnet (Magnetic Reversal) pada lantai samudera
Terjadi pembalikan medan magnet selama 70-80 juta terakhir.
Terdiri atas :
- Normal polarity (sama dengan sekarang)
- Reversed polarity (berlawanan dengan sekarang)



Brunes (N)
-------------------------------------------------- 0,7 juta th.
Jaramilo (N)
Matuyama
Olduvai (N)
-------------------------------------------------- 2,5 juta th.
Gauss (N)
Mammoth (R)
-------------------------------------------------- 3,4 juta th.
Gilbert (R)
Fred Vine & D. H. Matthew (1963)
Basalt pada pemekaran lantai samudera akan terekam sesuai dengan kutub magnet pada saat membeku, membentuk seri perselingan antara yang normal dan reversal (“Magnetic stripes”) pada kerak samudera.

Magnetic Striping


Tektonik lempeng

Tektonik lempeng merupakan teori terakhir yang dirumuskan oleh para ahli mengenai pergerakan benua. Teori ini lahir pada tahun 1960 setelah semua data terkumpul.
Terdapat 2 hal penting dalam merumuskan tektonik lempeng :
1. Zona dimana kecepatan seismiknya rendah pada kedalaman 100 dan 350 km bersifat sangat lemah (weak) dan seperti cairan(viscous). Zona ini dikenal sebagai astenosfir.
2. Litosfer yang cukup kuat untuk membentuk suatu lempeng-lempeng koheren yang dapat bergeser ke samping di atas astenosfer yang lemah.
Kedua hal ini yang akhirya dapat menjawab keberatan para ahli akan teori Continental Driff.
Permukaan bumi tertutup oleh 6 lempeng litosfer yang besar dan lainnya kecil-kecil. Ketebalannya berkisar 100 km. lempeng tersebut kaku atau hampir kaku dan bergerak sendiri-sendiri sebagai satuan yang koheren.
Lempeng-lempeng dapat sedikit melengkung menyebabkan kerak bengkok ke atas atau ke bawah. Tetapi tempat dimana terjadi deformasi kuat hanya ada pada sepanjang batas dimana lempeng-lempengsaling bertemu. Batas-batas lempeng(plate margins) seperti itu merupakan zona-zona aktif (active zones) dan bagian dalam (tengah) lempeng, merupakan wilayah stabil (stable region).
Lempeng yang satu dan lempeng yang lain memiliki batas-batas yang disebut batas lempeng. Lempeng-lempeng besar yang menutupi permukaan bumi, yaitu : Eurasia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Pasifik dan Hindia-Australia.
Interaksi lempeng-lempeng pada umumnya dicirikan dengan jelas oleh aktivitas gempa bumi dan vulkanisme, karena kebanyakan gempa bumi dan gunung api di bumi terjadi di batas lempeng.
Batas lempeng terbagi atas 3 :
a. Divergen

Dimana lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, mengakibatkan material dari selubung naik ke atas membentuk lantai samudra baru.

Pemekaran lempeng terjadi pada punggungan samudara. Disini, dimana lempeng saling menjauhi sumbu punggungan samudra, terbentuk celah yang segera terisi oleh lelehan batuan yang terinjeksi dari atmosfir di dalamnya.

b. Konvergen

Dimana lempeng-lempeng saling bertemu, menyebabkan salah satu lempeng menyusup ke bawah yang lain, masuk ke selubung.
:

Batas lempeng konvergen terbagi atas :

1. Tumbukan lempeng benua dan lempeng samudra

Lempeng samudara tertekuk ke bawah dengan sudut 450 atau lebih, menyusup di bawah blok benua menuju astenosfer. Zona ini disebut sebagai zona subduki.







2. Tumbukan 2 lempeng samudara

Salah satu lempeng akan menyusup ke bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas volkanik seperti halnya pada tumbukan lempeng benua dan samudara. Akan tetapi lempeng benua yang terbentuk cendrung di lantai samudara dibanding di benua. Jika terus maka akan menghasilkan rangkaian pulau gunung api.



3. Tumbukan lempeng benua dan lempeng benua

Hal ini dapat dilihat pada pertemuan antara India dan Asia. Dorongan india ke Asia ini menyebabkan tumbukan dan kemudian bersatu yang dinamakan zoan suture.







c. Batas trasfrom

Dimana lempeng saling bersinggunagn, tanpa membentuk atau merusak litosfer.


Lempeng-lempeng ini bergerak di sebabkan oleh :
Arus konveksi
Proses konveksi panas adalah kaidah kedua dari termodinamika atau entropi. Energy dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi tidak tetap tersimpan di pusat bumi, melainkan kelur sepanjang waktu.Arus konveksi memindahkan panas melalui zat cair atau gas.
Konveksi di dalam selubung bumi dikendalikan olehgrafitasi dan sifat batuan yang mengkerut bila mendingin. Hal ini dapat dijadikan penjelasan bahwa litosfer telah mendingin jutaan tahun yang lalu.